Inilah Hikmah di balik Film Bidaah, Nomor 4 Bikin Wanita Selalu Jadi Korbannya!

Kamis, 17 April 2025 I 20.05 WIB
Editor : Alam Abu Umar
IslamBaik.com, Tangerang - Baru-baru ini, jagat hiburan di Malaysia dan Indonesia dihebohkan oleh suguhan film drama serial bertema religi yang menguak sisi gelap kesesatan sebuah sekte atau tarekat yang disebarkan oleh seorang musyrif atau pemimpin majelis pengajian ke para jemaahnya.
Ya, apalagi kalau bukan film berjudul Bidaah (baca : bid'ah) besutan sutradara Pali Yahya dan diproduseri oleh Eirma Fatima asal Malaysia. Serial kontroversial yang bersumber dari kisah nyata penyimpangan kelompok agama ini, konon katanya pernah terjadi di negeri jiran Malaysia. Drama serial yang fenomenal ini viral di Tiktok dan platform media digital lainnya hingga berhasil menembus angka lebih dari 2,5 miliyar penonton sejak tayang pada awal Maret 2025 lalu.
Tak pelak, drama fiksi 15 episode ini menimbulkan polemik dan menjadi trending topic khususnya di media sosial. Film ini juga menuai pro-kontra hingga akhirnya ada sejumlah pihak di tanah air yang merasa tersinggung dan meradang, sedangkan di pihak lainnya yaitu para netizen justru malah mendukung kehadiran serial yang mengisahkan tokoh antagonis Walid sang pemimpin sekte sesat Jihad Ummah, dan juga Baiduri dan Hambali yang berperan sebagai tokoh protagonis di film tersebut.
Sumber : Tangkapan layar film Bidaah yang menggambarkan aksi para pengikut Walid yang mengkultuskan dirinya di majelis Jihad Ummah
Nah Teman Baik, setidaknya bagi para netizen yang terlanjur sudah menyaksikan kisah drama web Bidaah ini bisa memetik banyak pelajaran dan hikmah yang antara lain adalah:
1. Jauhi sikap ghulluw pembuka pintu kesyirikan
Kisah di dalam film Bidaah menceritakan pengkultusan yang berlebihan atau ghulluw yang dilakukan para jemaah ke tokoh utamanya yang bernama Walid selaku pemimpin sekte Jihad Ummah. Ironisnya, para pengikut setianya itu tanpa merasa jijik rela mencium kaki dan meminum air bekas cucian kakinya si Walid karena dianggap berkah hingga menjadikan Walid sebagai perantara dalam berdoa kepada Allah.
Sikap ghulluw kepada orang shaleh yang dianggap sebagai wali saat mereka masih hidup, apalagi hingga meminta ke penghuni kubur dan menjadikan para wali yang telah wafat sebagai wasilah dalam berdoa kepada Allah berpotensi bisa menyeret pelakunya ke perbuatan syirik akbar yang mengakibatkan seseorang keluar dari Islam atau kufur tanpa sadar.
Bahkan, sekaliber manusia yang paling mulia di muka bumi ini yaitu Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam pun melarang umatnya dengan keras untuk berlebih-lebihan atau ghulluw dalam memuji hingga menganggap dirinya mempunyai sifat ke-Tuhanan.
Beliau ﷺ bersabda:
لا تطروني كما اطرت النصارى عيسى ابن مريم فإنما انا عبده فقولوا عبد لله ورسوله
"Janganlah kalian berlebih-lebihan terhadapku, sebagaimana orang-orang nasrani berlebih-lebihan terhadap ‘Isa ibnu Maryam. Sesungguhnya aku adalah hambaNya, maka katakanlah hamba Allâh dan RasulNya." (HR. Al-Bukhori)
Tindakan ghuluw yang berlebihan terhadap Walid yang dianggap sebagai wali dengan mencium kaki dan meminum air cucian kakinya merupakan kesesatan di dalam tarekat sekte Jihad Ummah yang mana kebodohan ini juga merebak di tanah air. Perbuatan ghulluw bisa membuka pintu-pintu kesyirikan.
2. Jangan berbuat bid'ah di dalam agama.
Banyak adegan ritual ibadah di dalam film Bidaah yang tidak sesuai dengan contoh yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Perkara baru yang diada-adakan atau dikreasikan ketika tengah beribadah oleh penganut sekte sesat di film tersebut yang juga menjadi fenomena nyata di tengah kaum muslimin di seluruh dunia ini dikenal dengan istilah bid'ah. Perbuatan bid'ah di dalam agama sangatlah tercela dan amalannya berpotensi tertolak oleh Allah karena menyelisihi sunnah atau syari'at Islam.
Meskipun kita berniat baik, namun perbuatan bid'ah yang dilakukan dengan sengaja atas dasar hawa nafsu tetap akan mengundang dosa dan para pelakunya atau ahli bid'ah terancam tak akan mendapatkan syafa'at Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam di akherat kelak.
Di antara banyak peringatan keras dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menjauhi perkara bid'ah yaitu sabdanya,
مَنْ أَحْدَثَ حَدَثًا أَوْ آوَى مُحْدِثًا فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللّهِ.
“Barangsiapa yang mengada-adakan suatu bid’ah atau melindungi pelaku bid’ah, maka ia mendapatkan laknat Allah.” [Muttafaq ‘alaih: al-Bukhari, no. 1870; dan Muslim, no. 1370]
3. Jangan berdusta dalam beragama
Demi menyalurkan hasrat syahwat dan memuluskan akal bulusnya untuk menipu umat, Walid dan para pengikut setianya berani berdusta dengan mengaku bahwa Walid adalah Imam Mahdi atau utusan Allah dan Walid pun juga mengklaim dirinya mendapatkan perintah langsung dari Rasulullah dan mampu melihat Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam saat raganya terjaga.
Menurut Imam Ibnul Jauzi rahimahullah yang dinukil dari kitab Al-Kabair karya Imam Adz- Dzahabi bahwa berdusta atas nama Allah dan Rasul-Nya merupakan dosa besar atau bahkan kekafiran yang dikhawatirkan pelakunya dikeluarkan dari Islam.
Allah Ta'ala berfirman,
"Dan siapakah yang lebih zhalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allâh atau yang berkata: “Telah diwahyukan kepada saya”, padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya, dan orang yang berkata: “Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allâh..." (Qs. Al An'am : 93)
Janganlah para juru dakwah menormalisasi kedustaan dalam beragama demi meraih simpati dan menambah jumlah jema'ah.
4. Jangan mengeksploitasi wanita mengatasnamakan agama
Kontroversi sensualitas lainnya di film Bidaah adalah ketika Walid mengeksploitasi para wanita atas dasar perintah agama versi halusinasi dirinya.
Sejumlah penyimpangan syari'at lainnya yang merendahkan harkat dan martabat para wanita diterjang bebas oleh si Walid. Alih-alih mengharamkan perzinahan di dalam sektenya, Walid dengan sejuta tipu dayanya malah melakukan pernikahan bathin tanpa wali dan saksi dengan para wanita muda yang menjadi pengikutnya untuk dijadikan gundik permuas birahinya.
Oleh karena itu, jauhi ajaran guru agama dan majelis pengajian yang bermudah-mudahan mencampur-baurkan para jemaah pria dan wanita karena dikhawatirkan membuka pintu-pintu perzinahan.
Apalagi di akhir zaman seperti saat ini, banyak fenomena ketika sang oknum tokoh agama bebas menjulurkan tangan hingga kakinya untuk dicium-cium oleh para jemaah wanitanya dengan alasan "ber-tabarruk" atau mencari berkah dari orang sholeh.
Ketahuilah, tindakan tersebut merupakan tipu daya syaithan yang memicu syahwat atas dasar kebodohan dan sikap ghulluw yang bisa merusak agama.
Aksi Walid yang kharismatik dan dianggap sebagai wali berhasil mengelabui para jemaah wanitanya untuk dijadikan istri dan gundik demi memuaskan nafsu birahinya yang merusak syariat agama
5. Jangan mencampuradukan antara yang haq dan yang bathil
Di antara kebathilan yang berkedok syari'at versi sekte Jihad Ummah pimpinan Walid adalah ritual amalan dzikir bergeleng-geleng kepala dan juga memadukan alat musik yang diharamkan agama ke dalam ritual peribadatannya.
Amalan ibadah di film berjudul Bidaah ini jelas tidak sesuai dengan tuntutan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam karena mencampur-adukan kebathilan dengan kebenaran.
Allah menegaskan di dalam firman-Nya,
وَلَا تَلۡبِسُوا الۡحَـقَّ بِالۡبَاطِلِ وَتَكۡتُمُوا الۡحَـقَّ وَاَنۡتُمۡ تَعۡلَمُوۡنَ
"Dan janganlah kalian campuradukkan kebenaran dengan kebatilan dan (janganlah) kalian sembunyikan kebenaran, sedangkan kalian mengetahuinya." (Qs. Al-Baqarah : 42)
Film Religi : Antara Memberi Faedah atau Mengandung Masalah
Dalam sebuah video tanya jawab tentang hukum film religi untuk dakwah, Al Ustadz Sofyan Chalid Ruray menjawab,
"Tapi mereka membolehkan dengan syarat, tidak mengandung penyelisihan syari'at, tidak ada muncul wanita apalagi tidak menutup aurat, tidak ada campur baur antara laki-laki dan perempuan, tidak ada musik-musik, tidak ada kesyirikan dan kekufuran," demikian nukilan pendapat Syaikh Muhammad bin Shaleh Al Utsaimin dan para ulama lainnya yang membolehkan menonton atau memproduksi film religi sebagaimana yang kami lansir dari channel dakwah @kajiansofyanruray.
Sementara itu, Ustadz Sofyan juga membawakan pendapat yang terkuat dari para ulama lainnya seperti Syaikh bin Baaz, Syaikh Robi' dan Syaikh Bakr Abu Zaid rahimahullahu ta'ala bahwa hukum membuat film religi untuk berdakwah ataupun menonton film religi, baik itu di rumah ataupun di bioskop maka hukumnya adalah haram, jika di dalamnya terdapat banyak kemungkaran seperti terbukanya aurat wanita yang bebas ditonton oleh seluruh pemirsa, dan kedustaan di dalam seni peran, bercampur baurnya antara pria dan wanita yang bukan mahram di sebuah scene adegan atau di dalam ruangan bioskop, serta iringan musik dan biduan yang menghiasi film religi tersebut.
Meskipun para ulama berbeda pandangan terkait hukum menonton film religi atau berdakwah melalui film. Namun, bagi masyarakat awam yang kadung telah menonton film religi Bidaah tersebut diharapkan bisa memetik faedah atau hikmah sebagaimana yang telah dijabarkan di atas yang kesimpulannya adalah agar kita lebih berhati-hati dan selektif lagi dalam mencari guru agama, bergabung di majelis ilmu dan bergaul dengan sirkel jemaah pengajiannya, serta mencari sumber ilmu agama di berbagai platform media dakwah.
Dan, bagi Teman Baik yang belum atau tidak menonton film Bidaah tersebut agar menyibukan diri dengan menuntut ilmu syar'i yang murni bersumber dari Al Qur'an dan As Sunnah yang shahih sesuai dengan yang difahami oleh para ulama dari kalangan sahabat nabi atau generasi terbaik pendahulu umat ini agar kita tidak tertipu oleh retorika para dai-dai penyesat umat di akhir zaman ini.
Yuk segera kembali ke majelis ilmu syar'i, mari kita bersemangat melakukan kebaikan.
Barakallahu fikum.
(AAU)
IslamBaik.com
"Media Islami Penebar Kebaikan"