Fenomena Tren 'Healing': Demi Bahagia atau Demi Feed Estetik?

Fenomena Tren 'Healing': Demi Bahagia atau Demi Feed Estetik?

Jumat, 8 November 2024 I 06.00 WIB

Penulis : Tim Redaksi IslamBaik.com

Editor : Alam Abu Umar

 

IslamBaik.com, Jakarta -- Dalam beberapa tahun terakhir, konsep healing semakin populer di kalangan muda khususnya Millenials dan Gen Z, walau tak jarang juga Gen X dan Boomers ikut meramaikan tren ini. Hampir setiap waktu, lini masa media sosial penuh dengan unggahan perjalanan ke destinasi wisata estetik, tempat-tempat yang menarik perhatian baik di mata maupun di timeline. Label “healing” ini seolah menjadi simbol kebahagiaan batin yang diharapkan hadir melalui pengalaman baru. Namun, ada satu pertanyaan yang belum terjawab: apakah ini benar-benar tentang mencari ketenangan, atau hanya bentuk lain dari flexing dan pamer kebahagiaan?

 

Tren healing ini seringkali mencerminkan suatu miskonsepsi yang berkembang di era media sosial. Dalam pandangan banyak orang, healing adalah kesempatan untuk "lari sejenak," tetapi sayangnya, kebanyakan aktivitas ini lebih bertujuan memuaskan pandangan orang lain daripada diri sendiri. Kita yang tumbuh dan menua dalam era digital menghadapi tekanan sosial yang tinggi untuk terus tampak bahagia dan sukses, dan media sosial menjadi tempat utama untuk flexing pamer kemewahan terutama ketika kita sedang traveling  untuk memenuhi ekspektasi tersebut.

 

Dari perspektif Islam, healing yang sejati bukanlah tentang memenuhi tuntutan gaya hidup, melainkan perjalanan batin untuk mendekatkan diri kepada Allah. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram” (QS. Ar-Ra’d: 28).

 

Ayat ini mengingatkan bahwa ketenangan batin yang sejati tidak datang dari tempat atau pengalaman luar, tetapi dari ketenangan jiwa yang diperoleh melalui ibadah dan refleksi diri. Healing yang hakiki dalam Islam adalah saat kita menemukan kebahagiaan dalam kebersyukuran dan kesederhanaan, bukan sekadar di tempat-tempat yang "instagrammable."

 

“Seorang yang berkelana dengan hatinya, yaitu dia mempelajari tentang Allah Subhanahu Wa Ta’ala, ketika ia membaca Al Quran mendapatkan penjelasan tentang kisah-kisah para anbiya, tentang bagaimana Allah menciptakan langit dan bumi,  mungkin ketika ia membaca ini dia (sedang -red) berjalan-jalan, raganya diam di tempat, tapi jiwanya mengarungi apa yang Allah jelaskan,” demikian nasehat Ustadz Abdul Aziz Al Owainy di dalam sebuah kajian santai yang bertajuk “Berkelana Untuk Bahagia : Fenomena Wisata Penyembuhan Generasi Muda” di panggung utama Halal Kulture Market pada awal November 2024 silam yang dilansir dari kanal video dakwah @tangerangmengaji.

 

Dai yang juga merupakan alumnus Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, Universitas Islam Madinah, Arab saudi sekaligus merangkap sebagai seorang pebisnis biro perjalanan ibadah umrah dan haji ini menekankan akan pentingnya aktivitas traveling atau healing dari para pemuda yang harus sesuai dengan tuntunan syari’at.

 

Gambar: Ustadz Abdul Aziz Al Owainy, memberikan kajian bertema “Berkelana Untuk Bahagia : Fenomena Wisata Penyembuhan Generasi Muda” di panggung utama Halal Kulture Market pada awal November 2024 silam

Menurut beliau hafidzahullahu ta’ala, setidaknya ada tiga kategori healing bermanfaat yang dibolehkan oleh syariat, yaitu :

 

1. Healing untuk beribadah.

Kegiatan traveling atau jalan-jalan ini bertujuan untuk beribadah ke tanah suci Mekkah dan Madinah yaitu dengan melaksanakan ibadah umrah ataupun haji. Bisa juga kita jalan-jalan dalam rangka berziarah ke tiga masjid utama umat Islam yaitu Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan Masjid Al Aqsa. Healing model ini in syaa Allah akan menuai banyak pahala, kebahagian dan akan dihilangkan  segala kefakiran yang ada di dalam diri kita.

 

2. Traveling untuk menuntut ilmu.

Di dalam Islam, menuntut ilmu hukumnya wajib, loh, guys, dan memiliki banyak keutamaan terutama bertujuan untuk menghilangkan kebodohan dan mendakwahkan kebaikan. Berpergian untuk ikut kajian bersama teman atau yang lebih dari itu ke berbagai destinasi impian baik di dalam negeri ataupun di luar negeri, pastinya sangat bermanfaat dan akan menuai limpahan pahala kebaikan.

 

3. Halal trip

Kemanapun dan apapun tujuan “halan-halan” kalian alias healing bersama sobat dan keluarga ataupun solo trip, asalkan tujuan dan aktivitasnya terjaga dari praktek kemaksiatan maka insyaa Allah mubah dan halal untuk  kita lakukan.

 

Namun hal yang perlu kita ingat, bahwa aktivitas healing kita jangan selalu berujung pada gaya hidup konsumtif karena ini bertentangan dengan prinsip kesederhanaan dalam Islam. Allah mengingatkan, “Dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”. (QS. Al-A'raf: 31).

 

Di sinilah titik miskonsepsi terjadi. Healing menjadi alat untuk memamerkan gaya hidup atau flexing, bukan proses mencari kedamaian.

 

Jadi, sebelum ikut tren "healing" dan melabelinya sebagai kebahagiaan batin, penting untuk bertanya: apakah kita benar-benar mencari ketenangan atau feed yang estetik dan mencari pengakuan sosial? Kita sendiri yang tahu jawabannya. Yuk, kita kembali kepada Allah Subhanahu wa ta'ala untuk Healing yang sesungguhnya.

Yuk kita berbuat kebaikan. 

IslamBaik.com
"Media Islami Penebar Kebaikan"

(AAU)